lama gk nulis yaaaaa.....
hahahaaa... susah nulis sih diantara banyak kesibukan akhir2 ini...
Putus atau cerai
Cinta itu tidak statis.
Ketika seseorang dengan pasangan hidupnya sedang dalam suasana garing, datar, jenuh, atau panas, mendidih, berduri
suasana yang tak seperti bayangannya, atau masa bulan madu sudah kering madunya, lalu terbersit dalam pikiran..
Ingin mencari pasangan baru, yang dalam bayangannya pasti beda.
Ada baiknya merenungkan tentang metoda setan yang menghalangi sukses, dengan 5 bisikan ini:
1. "Tidak ada seorangpun yang mau memperhatikan atau mencintai saya. Saya sendirian dan hidupku sunyi"
'Bisa jadi' (tidak selalu) perasaan demikian muncul karena pada masa kecil berada diantara orangtua yang memang aslinya tidak menunjukkan kemesraan didepan anak-anak, atau orangtua gagal menumbuhkan hubungan yang hangat/akrab, gagal mengajari cara meng-ekspresikan rasa sayang, sehingga anak2 tidak merasa dicintai. Ketika anak menjadi dewasa dia menganggap bahwa pasangannya, teman2nya dan org2 di sekelilingnya adalah orang yang dingin, kaku, tidak menarik.
Dia terombang ambing mencari dan mencari lagi seseorang 'yang bisa menghilangkan kesunyian dirinya'..dan itu akan sulit memenuhi harapannya. Atau sebaliknya dia mati-matian mencari perhatian.
2. "Saya memang tidak bisa. Saya tidak mampu. Saya tidak cukup baik"
Orang dewasa yang berasumsi demikian pd dirinya sendiri, ADA KEMUNGKINAN (TIDAK SELALU) bhw pada masa kecilnya orangtuanya memperlakukan dia dengan selalu mengkritik, mencela, memandang remeh, membuat serba salah. Anak tumbuh dengan timbunan perasaan AKU TIDAK SEMPURNA tidak menarik, tidak didukung, dan penuh dengan rasa malu.
Pada saat dewasa ketika sedang terjepit masalah, misalnya nilainya jelek, usahanya bangkrut, kecewa karena sesuatu..yang dibutuhkan adalah seseorang yang bisa mengangkat harga diri, yang kepada orang itu 'aib' nya dapat disembunyikan.
Bila orang ini sudah punya istri/suami, bertemu dengan 'orang yang salah' ketika sedang bangkrut atau kecewa, hidupnya bisa tersesat.
3. "Keinginan saya tak ada yang peduli, tidak ada harganya, 'pasti gak dianggep".
Ada kemungkinan dulu pada masa kecil orangtua tidak membiasakan mendengar pendapat atau suara anak2nya. Mendengar pendapat anak, tidak selalu berarti manut atau tunduk pada anak. Pendapat inilah yang menghalangi ortu sehingga memutuskan segala sesuatu tanpa bicara walaupun hal itu untuk kepentingan anak.
Saat dewasa dia terbiasa bungkam, agar terhindar hari konflik. Ia tumbuh dengan tumpukan merasa kalah, tidak dipahami, selalu dikerjain, dan ditolak.
Ketika hubungan sedang jenuh atau garing dengan pasangan, timbul 'ledakan' kemarahan yg dipendam dalam diam sekian lama, merasa dipekerjakan saja oleh pasangan, merasa memberi terlalu banyak, sedangkan pasangannya tidak memberi apa2. Kalimat marahnya (dalam diam):"kamu cuma mau uangku atau kamu cuman mau aku mencuci bajumu dan masak untuk kamu. Lantas apa yang aku peroleh darimu". Perjumpaan dengan 'orang yang salah' pada saat situasi rumah tangga begini, jadi runyam.
4. "Segalanya harus aku yang mengerjakan, dan harus benar"
Perasaan ini bisa timbul bila masa kecil anak berada dalam tekanan, diminta aktif terus, kerja terus, tak boleh nganggur. Orang tua ingin anaknya tidak malas. Tetapi kelewatan. Anak tak pernah ada kesempatan bersenang senang sedikitpun. Dia tumbuh dalam situasi memikul tanggung jawab secara berlebihan dan terus menerus. Ketika mencari pasangan dia memimpikan seseorang yang sopntanitasnya banyak, ceria, seimbang antara kerja dan main. Ketika rumah tangga sedang jenuh istri yang ingin jalan2 aja jadi tampak salah. Atau suami yang pamit mancing adalah dosa besar. ribut.
5. "Saya 'lebih' dari mereka semua dan saya berhak mendapatkan sebanyak yang bisa saya dapatkan".
Orangtua mendorong anak kecilnya secara berlebihan agar merasa lebih dibanding orang lain. Ketika dewasa dia jadi menuntut perhatian khusus, merasa terhina ketika orang lain melakukan pembatasan atau mengikuti suatu aturan main. Dia mudah sekali menganggap orang lain melanggar hak dia, walaup sikapnya tampak biasa2 saja. Hidupnya tidak mengenal teladan saling membutuhkan, saling memberi dan menerima, tidak sadar bahwa tuntutan cinta nya berlebihan. Tidak memahami kalimat" anda harus memperlakukan pasangan seperti anda ingin diperlakukan".
Dia akan selalu menganggap pasangannya gagal memenuhi keinginannya. Angkuh dan tak akan pernah menunjukkan perhatian. Lalu mencari dan mencari lagi..orang yang dianggap cocok.
Orang dewasa diberi akal untuk mampu meilih mana benar mana salah. Andai seseorang merasa 'seperti' salah satu tsb diatas, mencari dan mencari lagi orang yang dirasa cocok, meninggalkan luka dimana mana, pasti bukan orangtuanya yang salah, karena orang dewasa bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Karena itu baiknya tidak mencari siapa yang salah. Akan lebih baik kalau tulisan diatas dipakai sebagai modal melangkah, agar anak-anak tak menderita karena kita kekurangan ilmu mendidk anak.
Selamat merenung
(di inspirasi, ditambah, dikurang dan diolah dari buku psikologi karangan Spring JA)